Diare Bukan Mencret

2:14 PM Dika 1 Comments

Cilukba! Lama tak jumpa, blog!
Yaudah, langsung aja.

Dua hari yang lalu. Aku terkena penyakit, ehm, diare. Tapi tolong dibedakan antara diare dan mencret. Mencret itu untuk orang biasa, kalo diare untuk orang ganteng. Oke, muntahnya nanti aja dulu. Aku mau cerita.


Waktu paginya, perutku udah mulai terasa gak enak. Tapi belum sampe ke pantat. Nah, pas ulangan Biologi, efek yang luar biasa mulai terasa. Mules parah. Bokong ini terasa hampir meledak. Mana kemaren gak sempet belajar. Kepala panas, perut mules, pantat hampir kram. Lengkap sudah.

Semakin mendekati waktu istirahat, mulesnya semakin menjadi-jadi. Pikiranku udah melayang jauh dari soal ulangan. Aku jadi mikirin jamban. Betapa mewah dan indahnya sebuah jamban. Apalagi kalo bisa boker disana.

Bel istirahat pun berbunyi. Tapi aku tak mendengarnya sebagai suara bel istirahat, melainkan seperti suara malaikat yang berbisik padaku, “Waktumu sudah tiba. Bokerlah, nak”.

Aku langsung nyeruduk toilet dan…
BOKER
Perut plong. Pantatku bergetar hebat. Kentut menggelegar. Aku gak tau suaranya sampe ke luar atau nggak. Aku tak peduli. Biarpun suara kentut dan baunya gak asik. Yang penting ngeboker ria.

Setelah selesai, aku keluar toilet dengan muka keren. Setelah jalan sebbentar. Bokongku mengamuk lagi. Mencret, ehm sorry, diare ronde kedua pun terjadi.

Setelah selesai, aku keluar toilet. Tapi gak pake muka keren. Malah muka pucet. Sumpah, energiku sudah habis untuk pertempuran sengit itu. Aku pun jalan lemes ke kelas.

Sebelum masuk kelas, jantungku seakan berpacu dengan melodi. Malu banget kalo ketahuan mencret, ehm sorry salah lagi, diare. Apalagi tadi gak cuci tangan pake sabun. Yaaah, soalnya di toilet emang gak ada sabun.

Aku masuk kelas dengan wajah mencurigakan, tapi tetep ganteng. Aku mau ngetes salah satu temenku. Aku deketin Risdi. Dia menatap aku. Aku memegang tangannya. Dan, kami berciuman dibawah indahnya senja (eh, tunggu, ini apaan sih?).

Aku deketin Risdi. Dia lagi asik main laptop. Aku gerayangi hidungnya dengan jemariku. “Apaan sih, Dik?” dia nyolot . Dia nyingkirin tanganku sambil pasang muka aneh banget. Padahal tadi mukanya masih aneh.

Aku lega. Temen-temen belum ada yang tau kalo aku baru aja habis diare dua kali.

Sampe di rumah. Aku malah mencret lima kali. Lemes parah. Setelah itu, malemnya aku ditelpon sama dua temenku yang kurang kerjaan.

“Kriiing”
“Halo” suaraku lemes
“Suaranya kayak bapak-bapak” terdengar suara sayup-sayup disana
“Ini bapaknya Dika ya?” suara orang disana. (suaraku bertaraf om-om)
“Bukan, itu Si Dika” suara misterius itu terdengar lagi.
“Ya, ini aku Dika” jawabku.
“Oh, dik. Tadi ikut forum sama ekstra paskib, gak?” dia nyerocos.
“Enggak, aku diare”
Suara ngakak terdengar. Tak hanya satu orang, dua orang. Banyak banget yang ketawa. Matilah aku.

Besoknya disekolah, aku diketawain lagi.
Ya, gila memang.

Aku jadi inget waktu hari Rabu pada pekan yang sama. Waktu itu pemsor. Temenku yang paginya gak sekolah, pas pemsor dia dateng. Waktu ditanya kenapa paginya gak sekolah, dia bilang kalo dia paginya mencret. Respon ku adalah ngakak sejadi-jadinya. Dan dua harinya lagi aku mencret, um diare maksudku.

Pesan moral yang dapat aku petik dari kejadian ini adalah jangan mengejek orang mencret jika kau tak ingin mencret  di kemudian hari.

Salam ganteng.

Cilukba! Lama tak jumpa, blog! Yaudah, langsung aja. Dua hari yang lalu. Aku terkena penyakit, ehm, diare. Tapi tolong dibedakan antar...

1 comments:

Unknown said...

awaokokwawakoawk, sumpah ngakak bagian yang ini dick !!
aowkaowk