Aku dan Pelantikan: Part 1
Yo, guys. Para pembaca. Dimanapun kalian berada. Dimana pun
kalian baca tulisan ini. Entah itu di kamar. Entah di wc (siapa tau). Atau
mungkin…, ah, gak jadi deh.
Gile. Kayak udah punya banyak pembaca aja aku.
Wow, aku kangen banget nih sama blogku yang ganteng dan
keren. Ya, aku tau, sama kayak penulisnya kan? Nah, aku mau cerita.
Eh, yang mau muntah tahan dulu, baca aja dulu sampe habis.
Biar sekalian.
Oke, begini ceritanya. Kisah ini terjadi sekitar minggu
lalu. Atau lebih tepatnya satu mingu setelah sandal jepit kesayanganku putus. Organisasi
kesayanganku (halah) mengadakan suatu program kegiatan yang mengacu pada proses
pendewasaan para junior. Atau lebih simple disebut pelantikan. Banyak banget
pengalaman yang aku bisa dapetin selama pelantikan tersebut. Tapi sebelumnya
aku mau ceritain saat kami mempersiapkan diri untuk pelantikan.
Sebenernya banyak hal yang harus kami persiapkan. Dari
celana dalem sampe celana luar. Tapi yang paling keren menurutku adalah saat
kami nyiapin barang-barang pribadi untuk pelantikan. Mari kita mulai. Waktu itu
hari minggu sore. Aku masih dalam perjalanan pulang ke kandang. Tiba-tiba
sesuatu menggetarkan sekujur tubuhku. Suatu fenomena yang dapat meluruskan
rambut mbah surip dan mengkritingkan rambut model iklan shampo Rejoice. Suatu
keadaan dimana ketampanan dan keperkasaanku harus diuji. Peristiwa ini sangat
diluar batas akal pantat manusia. Ponselku berdering. Ya, suatu kejadian
sederhana dengan suatu deskripsi yang terlukiskan dengan lebay. Saat itu aku
menatap layar ponselku, terlihat sepucuk pesan. Aku melihat beberapa kata. CA
18 kumpul di sekolah sekarang. Super sekali. Sampe rumah, aku langsung melucuti
pakaianku dan menduduki singgasana di sebuah toilet rumahku. Sebenernya gak
bisa dibilang menduduki, lebih tepat kalo dibillang menjongkoki. Ya, karena
toilet di rumahku masih dilengkapi dengan fasilitas jamban cemplung dengan
teknologi boker-jongkok.
Tunggu dulu, ini kenapa malah jadi ngomongin jamban? Lanjut
aja ye.
Setelah makan malam dengan menu empat sehat lima
kekenyangan, aku berangkat dengan sejuta doa dari supir angkot. Aku telpon
salah satu temen cowokku, atau kalo dalam Bahasa Inggris namanya boyfriend
(Lho?). Dia bilang lagi nungguin di deket supermarket di daerah sekolahku. Aku
langsung melaju kesana dengan sangat cepat. Lebih cepat dari belalang tempurnya
satria baja hitam. Sampe disana aku diajak ke rumah temenku yang lain. Karena
Si Murata bilang gak tau, maka aku dengan segala kharisma dan pesonaku bilang
“oke, aku bakal tunjukkan kejantananku jalan ke rumah Meita”. Dan, akhirnya
kami nyasar dengan nista. Aku langsung cengengesan. Murata juga cengengesan.
Kami berdua cengengesan. Ini bukanlah cengngesan yang biasa. Kami cengengesan
saat nyasar.
Malem.
Gelap.
Gang sepi.
Gaje.
Dan, ternyata kami salah masuk gang. Setelah memasuki gang
yang benar. Kami bengong-bengong di depan rumahnya Meita. Motor di matiin.
Gelap (lagi).
Gang sepi (bahkan suara jangkrik pun tak terdengar).
Kami saling tatap mata (bukan seperti tatap pantat). Kami
lebih terlihat seperti pasangan homo. Karena bingung mau ngapain, akhirnya
Murata telpon Meita, Si Tuan Rumah (ralat: Si Nyonya Rumah). Aku juga bingung,
kenapa baru kepikiran untuk telpon dia sekarang? Kenapa gak sebelum berangkat
aja? Mungkin ini yang disebut gagal otak. Ternyata, hal terburuk pun terjadi.
Meita ada di sekolah. Aku ngeliatin Murata. Kali ini dengan tatapan Harimau
Selat Bali (bingung kan?). Untung waktu itu aku pake sandal selopku yang mahal.
Coba aja aku pake sandal jepit swallow-ku yang super keset, pasti udah aku
timpukin dia. Saat mau balik, keluarlah Mamanya Meita. Kami sempat basa-basi
dengan Mamanya itu.
“Woy, pada ngapain lu pade disini?”, ini ibu-ibu apa preman
tanah abang?
“Eh, nggak apa, bu. Kita maunya cari Meita. Tapi barusan
kita telpon, ternyata Meitanya masih di sekolah.” Murata nyerocos.
“Terus?”
“Yaa, kita mau nyusul dia aja ke sekolah.” Giliran aku yang
nyerocos.
“Oh, kalo gitu titip jas hujan ya, tadi Ayu (mendadak
namanya Meita berubah) kayaknya nggak bawa jas hujan.” Mamanya itu ngeloyor
cari jas hujan.
And then, dia dateng bawa jas hujannya.
“Oh, iya. Tadi Ayu udah dapet ngondek?”, mamanya itu nanya.
Aku mulai bingung. Ngondek? Horror deh.
“Apa, tante?” aku minta kejelasan.
“Udah dapet ngondek sama Ayu?”, Nah, ini semakin terdengar
aneh. Tapi otakku mulai bekerja saat melihat tangan Mamanya itu goyang-goyang
deket kupingnya sambil mengepal membentuk sepeti lambang telepon.
“Ooohh! Contact (baca: kontek --> kontak/telepon)”. Ya, aku baru nyadar. Lagian ini ibu-ibu pengen ngomong kontak
pake logat bule, eh malah keluar logat Bali.
“Iya, tante. Tadi udah ditelpon kok sama Murata”. Aku mulai
memperjelas keadaan.
“Yaudah, hati-hati ya, nak”.
Finally, totally, and
gulali, kami balik ke sekolah. Ternyata di sekolah rame. Dan, dari sekolah kami
ber…, ah lupa aku, berangkat ke rumah Meita (lagi). Kali ini dengan medan yang
berbeda. Hujan deras. Denpasar sedang menggalau. Namun persepsi ku berubah
seketika menjadi Denpasar sedang depresi akut. Karena petirnya dasyat, bos.
Kami pun berangkat dengan cuaca yang ekstrim abis ini. Lebih ekstrim dari
bom-bom car. Belum jauh kami berangkat, ternyata jalanan pada kebanjiran. Tetep
terobos. Makin lama makin gila banjirnya. Aku sempat berpikir mungkin air di
samudra hindia setengahnya meluap ke jalanan ini. Akhirnya kami mendarat di
rumah Meita dengan selamat sejahtera bahagia senang gembira laris manis untung
rugi asri langgeng. Disanalah kami bekerja lembur. Gak sekedar lembur. Ini
tidak seperti lembur yang anda pikirkan. Ini lembur yang…
Spesial,
Lembur gossip,
Lembur yang…
Gitu deh.
Setelah mabok larutan penyegar bergambar badak gendut
bercula satu dan dengan cap tiga kaki (bukan, tiga kaki berebeda dengan tiga
roda. Tiga roda itu obat nyamuk) dan bikin perlengkapan macem-macem. Kami pulang
dengan damai. Damai pada pihak yang pulang. Dan sial bagi Si Nyonya Rumah,
karena rumahnya tampak menyedihkan gara-gara kami. Ini baru namanya mantep.
Udah, ya. Mungkin aku bakal jarang update di blog. Soalnya
aku keseringan main game di laptop. Alhasil aku dimarah sama ortu. Tiap mau
ngambil laptop, pasti dikasi banyak petuah-petuah yang menghabiskan waktu yang
tidak sebentar. Dan, yaa, gitu deh…
See you at next post!
3 comments:
Sumpah Gokil Dick!
achmadfadel.blogspot.com
http://achmadfadel.blogspot.com/2015/06/mempercepat-loading-blog.html
http://achmadfadel.blogspot.com/2015/06/arti-html-php-perbedaanya.html
http://achmadfadel.blogspot.com/2015/05/cara-membuat-disclaimer.html
http://achmadfadel.blogspot.com/2015/06/mempercepat-loading-blog.html
achmadfadel.blogspot.com
http://achmadfadel.blogspot.com/2015/06/mempercepat-loading-blog.html
http://achmadfadel.blogspot.com/2015/06/arti-html-php-perbedaanya.html
http://achmadfadel.blogspot.com/2015/05/cara-membuat-disclaimer.html
http://achmadfadel.blogspot.com/2015/06/mempercepat-loading-blog.html
Achmadfadel.blogspot.com
achmadfadel.blogspot.com
http://achmadfadel.blogspot.com/2015/06/mempercepat-loading-blog.html
http://achmadfadel.blogspot.com/2015/06/arti-html-php-perbedaanya.html
http://achmadfadel.blogspot.com/2015/05/cara-membuat-disclaimer.html
http://achmadfadel.blogspot.com/2015/06/mempercepat-loading-blog.html
achmadfadel.blogspot.com
http://achmadfadel.blogspot.com/2015/06/mempercepat-loading-blog.html
http://achmadfadel.blogspot.com/2015/06/arti-html-php-perbedaanya.html
http://achmadfadel.blogspot.com/2015/05/cara-membuat-disclaimer.html
http://achmadfadel.blogspot.com/2015/06/mempercepat-loading-blog.html
Achmadfadel.blogspot.com
Post a Comment