[CERPEN] Inilah Saatnya

5:08 AM Dika 4 Comments

Aku terkulai lemah. Tubuh ini rasanya sudah mati. Hanya melihat dan mendengar. Kota mati berselimut keheningan malam. Seperti tak ada tanda-tanda kehidupan.

Kucoba untuk gerakkan kepalaku. Ah, rasa nyeri ini amat menusuk. Tapi aku terus berusaha. Hingga aku dapat mendongakkan kepalaku. Samar-samar aku mulai dapat menangkap gambaran yang jelas dari tempat ini.


Belum sempat mataku beradaptasi dengan keadaan mengerikan ini. Secercah cahaya muncul dari kejauhan. Menyilaukan. Aku hanya dapat melihat bayangan putih. Seseorang dengan kuda putih. Semakin dekat. Sinarnya yang menyilaukan mulai membuat wajahku terasa sejuk. Siapa dia?


Ya! Itu dia…


***


31 Januari, pukul 09.00…

“Woi, bengong aja. Lagi ngelamun jorok ya?” suara Andre membuyarkan lamunanku.

“Eh, kamu, Ndre. Ngagetin aja. Darimana aja? Aku udah dari tadi nungguin.” kataku sambil meneguk ice lemon-ku yang tinggal setengah.


“Hehehe, sorry. Agak macet tadi.” katanya dengan  senyum melebar sembari mengambil minumanku dan meneguknya sampai habis. “Lagi mikirin apa sih? 
Lagi ada masalah?” tampaknya ia tak merasa berdosa.

“Nggak, sih. Cuma tadi malem sempet mimpi aneh.”

“Wah, mimpi basah ya? Hahaha!” ia tertawa lepas dihadapanku.


Aku mulai menarik nafasku. Mencoba untuk mencerna keadaan dan semua guyonan yang dilontarkan oleh sahabatku ini. Aku memutuskan untuk menunda menceritakannya karena Andre terlihat lapar. “Oh ya, tadi katanya kau mimpi aneh. Mimpi gimana tuh?” Andre membuka percakapan sambil melahap nasi goreng itu perlahan.


“Gimana ya. Susah ngejelasinnya.”


“Serumit itukah?”


Aku menaruh sendok serta garpu makanku itu. Mencoba untuk melihat keluar jendela.


“Bukan. Ini hanya sebuah mimpi yang sederhana. Tapi susah untuk dijelaskan secara lisan.” kulihat gumpalan awan kelabu menyelimuti langit.


Aku mulai menjelaskan semampuku tentang mimpi semalam. Mimpi yang agak berbeda dari biasanya. Sebuah bayangan yang mengatakan ‘Inilah saatnya’. Hanya itu. Padahal semalam aku seperti bermimpi selama seharian. Tapi hanya itu yang aku ingat.


Andre tampak mengangguk pelan. Entah mengerti atau tidak. Yang pasti ia terlihat kekenyangan dengan dua porsi nasi goreng yang dilahapnya.


Kembali kulempar pandangannku ke luar jendela. Tampak gerimis membasahi kaca bening itu. 



2 Januari, pukul 06.00…


Kucoba untuk meraba punggungku. Hmm, basah memang. Mimpi itu datang lagi. Kali ini sampai membuatku berkeringat. Entah kenapa aku merasa kalau mimpi ini selalu mengejarku.


Kepala ini masih saja pusing. Kupandangi jam dindingku yang masih saja egois dengan waktunya sendiri. Kurasa aku harus bergegas.



07.18,…

Dengan tergopoh-gopoh menuju pintu gerbang besar dengan warna putih itu. Kulihat penjaga sekolah hampir menutupnya. Kurasa ia melihatku.


“Ayo cepat masuk, nak. Jam pelajaran hampir dimulai.”


Aku hanya mengangguk pelan sambil mengelap kening yang sudah dibasahi keringat ini. Ya, aku hampir saja terlambat.


Kelas tampak sudah ramai dan penuh. Sebuah bangku kosong di sebelah Andre. Itu tempat dudukku. Andre tampak heran melihatku. Jelas saja. Aku tak pernah datang ke sekolah se-siang ini sebelumnya. Aku selalu datang paling pagi, kalau saja mimpi itu tak datang tadi malam.


“Wahyu? Kok tum…”


“Mimpi itu.” aku memotong pembicaraannya.


“Oh, ya. Aku mengerti.”




Kerumunan ramai dengan serempak menyebar ke seluruh penjuru kelas. Hening.


“Selamat pagi, nak.” dia adalah guru matematika kami.


“Selamat pagi, paaak.” kami membalas sapaannya dengan agak malas.


Siapa yang tidak malas di hari pertama setelah libur semester? Dari raut wajah teman-teman sekelasku, aku dapat menangkap kalau mereka masih merindukan tempat tidur mereka di rumah.


Namun, aku merasa ada yang berbeda. Bukan, sekelilingku tampak biasa saja. Aku merasa diriku berbeda. Aku tak merasa malas sedikitpun. Bahkan aku merasa sangat bersemangat pada jam pertama ini, entahlah.


20 Januari

Seperti biasa, aku datang paling pagi hari ini. Seperti biasa pula, aku mulai membuka sebuah novel yang aku pinjam dari perpustakaan kemarin. Seiring naiknya mentari pagi, sejurus itu pula para penuntut ilmu mulai berdatangan meramaikan bangunan ini.


Mimpi itu? Sepertinya aku sudah mulai terbiasa dengan keanehan itu. Semua itu berbeda dengan sahabatku, Andre. Ia sangat hening. Cukup hening untuk tukang ribut sepertinya. Tak hanya itu, ia lebih sering terlihat menyendiri.



***

Ahh, siang ini begitu panas. Ibukota tidak pernah sepanas ini sebelumnya.

“Hey, ngomong apaan, Ndre?”

“Bahasa Tuhan…” sembari meninggalkanku di kelas yang pengap ini.


Entahlah. Sikapnya belakangan ini sangat tidak aku mengerti. Tadi siang aku melihatnya berkomat-kamit dengan bahasa yang tidak kumengerti. Entahlah. 



30 Januari


“Maaf..”


Sebilah kilatan itu mulai menghempaskan dirinya. Sangat dekat, bahkan terlalu dekat. Mungkin menyentuh. Terang itu mulai pudar, terganti oleh kelamnya warna merah yang mengisi seluruh latar. Rasa perih ini! Tak bisa aku tahan!!


“AAAKKHHH!!!” ~kriiiiiiiiiiiiiinnggggg….. Kuraih benda di seberang sana itu. Kumatikan jam weker yang sangat egois di hari Minggu ini. Sepertinya aku tak ingin kembali terlelap kedalam mimpi aneh itu.


Entah kenapa, mimpi itu semakin aneh saja. Seperti ingin aku untuk mengerti. Tapi apa yang harus aku pahami? Penggalan mimpi-mimpi aneh ini semakin rumit.


Aku mulai bangun dan lekas menuju kamar mandi. Aku tak mau tertinggal oleh mentari pagi untuk lari pagi. Aku memutuskan untuk mengajak Andre.Aku tiba di depan rumahnya. Kutekan bel itu dua kali, tetap dengan posisi lari ditempat.


“Nyari siapa, kak?” Tanya gadis manis itu

.“Oh, eh, Andre ada?” kataku sedikit ngos-ngosan.

“Kak Andre pergi, dari kemarin belum pulang. Mungkin ke luar kota”


Apa yang sebenarnya terjadi pada sahabatku? Apa yang membuatnya seperti itu? Apakah karena mimpiku?


“Kak…” suaranya membuyarkan lamunanku. “Mau titip pesen?”


“Nggak usah, deh. Makasi ya.”


Aku membuang semua kecurigaanku tadi. Mungkin memang benar kalau Andre ke luar kota. Lagipula tiga hari yang lalu dia bilang ingin menemui teman jauhnya di luar kota. Tapi siapa? Ah, sudahlah. 



***


“Mungkin beberapa hari kedepan, cuaca panas ini masih akan terasa di seputaran ibukota. Sepertinya akan menjadi cuaca terpanas dalam seratus tahun terakhir.”

Kumatikan siaran berita malam itu. Lebih baik aku menyalakan AC.


“Kalau tidak salah, aku taruh remote-nya di dekat jendela.” pikirku.


Benar saja. Kulangkahkan kakiku menuju jendela. Sejuknya semilir AC membuatku terlelap. Tenggelam bersama heningnya malam berhias senandung jangkrik. Melupakan segala penat serta panas yang menyengat di luar sana. 



29 Februari, pukul 19.36


Malam ini sangat berbeda. Kulihat indicator suhu pada AC. 18 derajat Celsius. Padahal baru saja tadi siang aku merasa dibakar oleh pancaran panas neraka dari matahari.


Malam ini kami berkumpul bersama Ayah, Ibu, dan Kakak. Kami makan malam bersama di rumah. Mengecap sedapnya hidangan olahan Ibuku.


Kutekan dispenser bertuliskan “cold”. Kuteguk habis air putih itu, bagaikan air terakhir yang dapat kuteguk dalam hidupku.


“AAAA…!!!” sebuah teriakan terdengar dari dapur.


Tanpa pikir panjang, aku berlari ke sumber suara. Terlihat ibuku yang mengarahkan telapak tangannya ke wajahnya. Seperti silau. Cahaya yang sangat terang itu menerobos jendela dapur. Tidak mungkin! Ini masih jam setengah Sembilan malam! Tidak mungkin ada cahaya yang sangat terang seperti ini. Bahkan jauh lebih terang dari cahaya matahari!!


Ini mengerikan! Tangan… tangan ibuku! Meleleh!! Aku melihatnya dengan jelas! Terlihat kulitnya yang mengelupas!! ~DUAR! Suara itu sontak mengagetkanku. Ketika aku menoleh keluar, sebuah semburan api menyambar kami semua dalam sekejap mata. Menghabisi kami semua. Tanpa ampun.

Setidaknya, itu hal terakhir yang dapat kuingat.



***


Aku terkulai lemah. Tubuh ini rasanya sudah mati. Hanya melihat dan mendengar. Kota mati berselimut keheningan malam. Seperti tak ada tanda-tanda kehidupan.Kucoba untuk gerakkan kepalaku. Ah, rasa nyeri ini amat menusuk. Tapi aku terus berusaha. Hingga aku dapat mendongakkan kepalaku. Samar-samar aku mulai dapat menangkap gambaran yang jelas dari tempat ini.Belum sempat mataku beradaptasi dengan keadaan mengerikan ini. Secercah cahaya muncul dari kejauhan. Menyilaukan. Aku hanya dapat melihat bayangan putih. Seseorang dengan kuda putih. Semakin dekat. Sinarnya yang menyilaukan mulai membuat wajahku terasa sejuk. Siapa dia?Ya! Itu dia… Mungkin aku sedang bermimpi. Tapi, entah kenapa, mimpi ini terasa begitu dekat. Sosok itu. Persis seperti gambaran mimpiku. Hanya, kali ini aku dapat melihatnya dengan jelas. Pria dengan kuda putihnya. Kurasa pria itu adalah seorang kesatria. Tapi, kesatria apa yang hidup pada zaman modern seperti ini?


Kucoba melukai ujung jariku menggunakan pisau di dekatku. Ah, sakit. Ya, ini memang bukan sebuah mimpi. Kali ini nyata! Aku baru ingat dengan semburan api mengerikan di dapur tadi. Pasti! Pasti pisau yang aku ambil ini berasal dari puing-puing dapurku.


Ibu? Aku harus menemukannya. Namun sorot mataku terhenti pada kesatria dengan kuda putihnya itu yang perlahan semakin mendekat. Terdengar suara decitan logam pada setiap langkah kuda itu. Bukan! Itu bukan kuda biasa. Kuda itu seperti… terbuat dari emas putih. Sementara sang kesatria menggunakan baju logam perak seperti pada film-film. Sama dengan tunggangannya, baju kesatria itu juga berdecit pada setiap gerakan yang dibuatnya. Terlihat begitu canggih, seperti bukan buatan manusia.Sorot matanya –yang tertutup topeng logam- tertuju kepadaku. Ia turun. Berjalan sembari mengeluarkan sebilah benda berkilau dari punggungnya. Tampak sebuah pedang yang sangat indah, dengan ukiran yang bertulis “Mengawali sebuah akhiran”.


Kali ini dia hanya berjarak kurang dari satu meter dariku. Terlihat asap mengepul dari balik topengnya. Yang perlahan terbuka. Wajah itu, samar-samar… seperti wajah…


“Ini aku.”


“A… An… Andre?” ini sungguh aneh.


Dia hanya tersenyum.


“ANDRE?! Akhirnya, kamu kemana aja selama hampir satu bulan ini?”Dia tetap terpaku pada senyumannya itu.


“Maaf, aku harus menyelesaikan perintah-Nya.”

“Apa? Aku nggak ngerti.”


Dia hanya tersenyum. Perlahan mulai mengucapkan bahasa yang aku tak mengerti dari dulu. Bahasa Tuhan. Terlintas seklebat bayangan mimpiku.


“Andre? Apa… mungkin… ini nggak mungkin kan?! Ini nggak mungkin, kan?!!!”


“Inilah saatnya…”


Kilau dari benda bertulisan ‘Pengawal Tuhan’ itu membuatku silau.


“Maaf..”


Sebilah kilatan itu mulai menghempaskan dirinya. Sangat dekat, bahkan terlalu dekat. Tepat di jantungku. Terang itu mulai pudar, terganti oleh kelamnya warna merah yang mengisi seluruh latar.


Mulai terasa gelap. Jauh lebih gelap. Tenggelam, tertelan semua kegelapan ini. Aku merasa seperti… lepas! Seperti tak ada yang menahanku lagi! Mungkinkah?



Aku telah pulang. Dengan senyuman yang mengembang.

Aku terkulai lemah. Tubuh ini rasanya sudah mati. Hanya melihat dan mendengar. Kota mati berselimut keheningan malam. Seperti tak ada tanda-...

4 comments:

Yuu said...

Ih , keren abis.
kok bisa jadi gini dik ??
mantap lahh !!!

naga-mark said...

infonya...
sangat menarik...
mantap...

Lilly said...

Telah Hadir www.acehpoker.com Agen Poker,DominoQQ & BlackJack Online Terbaik dan Terpercaya.

Hanya dengan Minimal Deposit 25 ribu dan Minimal Withdraw 25 ribu anda dapat bermain di

acehpoker.com :
1. Acehpoker memberikan bonus Referral 10% (Seumur Hidup)
2. Sistem keamanan terjamin dan Data pribadi akan aman bersama kami.
3. Player Vs Player ( 100% No Robot)
4. Dengan Sistem Confirm Deposit terbaru Max 2 menit (Jika semua Nama di Id dan di bank
sama)
5. CS yang ramah dan Melayani dengan Professional
6. Online 365 Hari 24 Jam
7. Anda Menang berapapun Kami Bayar tanpa Maksimal Withdraw dan Tidak ada batas maksimal
withdraw dalam 1 hari.
8. Dapat bermain 4 permainan hanya dengan 1 Web , yaitu Poker , DominoQQ , Q-kick, Blackjack
9. Bisa bermain di Android dan IOS
10. Sistem pembagian Kartu menggunakan teknologi yang mutakhir dengan sistem Random

Permanent (acak) , Dan tersedia Ratusan meja untuk tempat anda bermain

http://www.acehpoker.com Agen Poker,DominoQQ & Black Jack Online Terpercaya. , Ayo tunggu
apalagi segera tunjukkan keahlian anda bermain Poker / Domino di http://www.acehpoker.com
Bergabunglah dengan kami dan rasakan sensasi permainan Poker , DominoQQ , dan Ceme Player Vs Player Murni tanpa Bot 100% dan Raihlah kemenangan anda sebesar - besarnya.
Kami tunggu Kemenangan anda di http://www.acehpoker.com

Pin BBM : 563AB8CA
yahoo : mahadewi374@yahoo.com
Line: Lilly080615

Lilly said...


Hanya dengan Minimal Deposit 25 ribu dan Minimal Withdraw 25 ribu anda dapat bermain di

acehpoker.com :
1. Acehpoker memberikan bonus Referral 10% (Seumur Hidup)
2. Sistem keamanan terjamin dan Data pribadi akan aman bersama kami.
3. Player Vs Player ( 100% No Robot)
4. Dengan Sistem Confirm Deposit terbaru Max 2 menit (Jika semua Nama di Id dan di bank
sama)
5. CS yang ramah dan Melayani dengan Professional
6. Online 365 Hari 24 Jam
7. Anda Menang berapapun Kami Bayar tanpa Maksimal Withdraw dan Tidak ada batas maksimal
withdraw dalam 1 hari.
8. Dapat bermain 4 permainan hanya dengan 1 Web , yaitu Poker , DominoQQ , Q-kick, Blackjack
9. Bisa bermain di Android dan IOS
10. Sistem pembagian Kartu menggunakan teknologi yang mutakhir dengan sistem Random

Permanent (acak) , Dan tersedia Ratusan meja untuk tempat anda bermain

http://www.acehpoker.com Agen Poker,DominoQQ & Black Jack Online Terpercaya. , Ayo tunggu
apalagi segera tunjukkan keahlian anda bermain Poker / Domino di
http://www.acehpoker.com
Bergabunglah dengan kami dan rasakan sensasi permainan Poker , DominoQQ , dan Ceme Player Vs Player Murni tanpa Bot 100% dan Raihlah kemenangan anda sebesar - besarnya.
Kami tunggu Kemenangan anda di http://www.acehpoker.com

Pin BBM : 563AB8CA
yahoo : mahadewi374@yahoo.com
Line: Lilly080615