ASTAGA!
Ya. Gila
banget. Udah lebih dari satu bulan aku menjauh dari peradaban dunia
per-blogger-an (bukan, ini berbeda dengan dunia persilatan). Udah ada jutaan
kata-kata yang rasanya pengen aku tumpahin ke blog kroco ini.
Blog…oh,
blog….
Aku gak bisa
bohong kalo aku kangen banget sama blogku ini. Entah berapa banyak kata-kata
bujangga nan puitis yang harus aku lukiskan pada bingkai kerinduanku kepadamu
(maut dah!).
Gimana nggak
kangen?!
Blog ini
udah aku anggep sebagai pacar ke tiga. Bingung? Aku perjelas dengan list
pacar-pacarku ini:
- Kasur
- Motor
- Blog
- Laptop
Why kenapa?
Hmm, ya
karena…
Kalo kasur
itu udah rela secara harfiah aku tidurin dan aku ilerin terus dari dulu gitu.
Terus, kalo motor itu yang setia nemenin aku bepergian kemane-mane. Blog? Udah
pasti jadi tempat corat-coret curhatanku. Kalo laptop, karena laptop lah yang
“nyomblangin” aku sama si Blog dan…, salah satu benda keren yang rela-rela aja
dipencet-pencet sama jari-jari naas ini.
Mungkin kalo
mereka semua itu digabung bakal jadi pacar impian setiap jomblo. Pacar yang
setia nemenin kemana aja, mau denger semua curhatan kita, dan tentu aja…, doyan
dipencet-pencet dan diilerin. Eh?
Nah, ada
sesosok orang ketiga, eh bukan, orang kelima nampaknya cemburu dengan
kedekatanku sama keempat pacarku. Sosok itu bernamakan kesialan, yang bahasa
kerennya musibah, atau bahasa inggrisnya incident,
atau kalo bahasa suku kuvukiland-nya ntonga-ntonku
hubalake.
Secara
sukses aku dan motorku nyungsep ke got dengan posisi setengah nungging dan
setengah backroll yang hampir sempurna (halah!). Terjadi begitu cepat. Lebih
cepat dari bajaj ngebut. Tiba-tiba aja jatoh. Rasa sakit dan nyeri menusuk
seluruh badan. Aku bingung harus ngapain. Kalo teriak sampe meraung-raung,
terlalu sinetron. Kalo diem aja, lah nanti dikira mati. Kalo bangun trus
loncat-loncat, sakit mampus! Terpaksa aku melongo-longo bentar. Jalannya sepi
banget. Mirip kuburan cina, tapi pake aspal. Ada seorang ibu-ibu lagi gendong
anaknya di sebuah toko yang gak jauh dari tempatku terkapar. Dia tengak-tengok
ke jalan. Sejurus kemudian sorot matanya tertuju ke arahku. Dia diem sekitar 5
detik.
“…”
“ASTAGA, ITU
ORANG!”
Sepertinya
semesta sedang becanda, kawan.
“ADA ORANG
JATUH! PAK DE, PAK YAN, TOLONGIN SANAAHH..!!”
Dia baru
ngeh.
Entah apa
yang ada dipikiran ibu-ibu tadi. Mungkin aku dikira onta lokal lagi tidur siang
di tengah jalan yang badannya penuh dengan lumuran saos tomat McD. Ya, badanku
emang sampe berlumur darah. Kebanyakan dari luka sobek di atas bibirku dan siku
kananku. Selain darah, debu juga nggak kalah mendominasi (ciyeh, bahasanya
mendominasi, sedap!). Aku langsung digotong (bukan dipotong!) ke emperan
laundry.
Sebenernya
nggak aneh juga sih kalo aku baru dapet pertolongan setelah sekitar 3 menit
terkapar sambil melongo-melongo. Jalannya itu sepi banget, cyin!
“aduuuhh..”
suaraku terdengar seperti rintihan janda.
“Aduh,
gimana nih?” kata sesosok om-om yang tadi nolongin aku.
“aduuoohh..”
Om itu makin
bingung
“uuuhh, om,
mending tel…”
“Aaahh, ini
ada alkohol!” potong pemilik laundry. Sialan.
“uuuh,
aaAAHH?! Alkohol? Mending ngga….”
*BYUUURR*
Semua lukaku
diguyur pake alkohol, men! Benar-benar biadab! Luka lecet kan kaga boleh kena
alkohol! Apalagi DIGUYUR!
“adoooohawashhhhuuuwaaasuuuuanjingggilaaaaarawahkampreeettsakitbeneeerr!!!”
“Iya, sakit
sedikit. Biar cepet sembuhnya!” Om-om tadi malah ngasal.
Sembuh, ndasmu kinclong! Iritasi akut
baru ada, nyet! Setelah
selesai dimandiin alkohol 70%, baru aku bisa ngomong teratur.
“uuuhh, om,
mending tel…”
“Dek, habis
jatuh ya?” Dipotong LAGI sama ibu-ibu gak penting! Ini malah ngasi pertanyaan random. Ya iya lah jatuh! Emang situ
ngira saya ngapain sampe berdarah-darah gini di pinggir jalan?! Berendem di
kolam Marimas Strawberry?
“Sakit ya?”
Nggak, bitch! Enak! Cobain deh sana,
pasti ketagihan!
Ya.
Sepertinya semesta memang ingin bercanda denganku.
“uuuhh, om,
mending telpon orang tua saya aja”
Oh, iya.”
dia langsung minjem hp sama para ibu-ibu lokal. Akhirnya.
Aku didorong
pake kasur UGD. Terlihat jelas, aku melewatinya, nyala neon box bertuliskan UGD, langit-langit gedung berwarna hijau, dan
lampu-lampu panjang yang berlalu silih berganti. Sebuah benda bulat lebar
dihadapkan ke atas badanku yang bersimbah darah. Terlihat pada benda itu
terdapat bulatan-bulatan, ia bercahaya, sangat terang. Silau. Pria-pria
berpakaian serba hijau dengan masker (bukan petugas DKP) mulai mendekatiku.
Bertanya banyak hal tentang goresan-goresan penuh kepedihan ini. Kayak di
pilem-pilem gitu.
Patah.
Dekat
pergelangan tangan kiri. Dan, operasi adalah jalan satu-satunya.
Waktu denger
kata “operasi” aja aku udah merinding-merinding boker. Tapi Si Dokter langsung
ngejelasin tau kalo operasinya gak pake acara bedah-bedah-an-ngeri-cucok
segala. Aman.
Harus
opname.
Nah, ini
baru horror.
Jadwal satu
minggu ke depan di sekolah:
- Ulangan
- Ulangan lagi
- Tugas
- UTS
- Ulangan Tengah Semester
THANKS, GOD!
3 hari kemudian…
Akhirnya.
Asupan bubur keparat dari rumah sakit itu selesai juga. Ya, bubur menjijikkan
itu berhasil membuatku gila. Nasi lembek berair. Lauknya terkadang sup bening.
Bening ini maksudnya, ya bener-bener bening. Sayuran segar dimasak pake air
mineral. Udah gitu aja. Mungkin ada taburan gula secubit. Dan, ada juga daging
ayam yang di-oven. Lagi-lagi tanpa bumbu. Oek.
Well, setelah keluar dari rumah sakit, aku
membawa oleh-oleh keren dari sana. Benda putih keras di tangan kiriku. Mirip 70
botol tip-ex (a.k.a. stipo) yang dioles ke tangan kiriku. Karena benda itu,
hidupku jadi nggak tenang. Terutama untuk tugas suci yang mutlak dilakukan oleh
tangan kiri. Ya, cebok. Selama 2 hari aku nggak bisa tidur tenang. Selalu ada
mimpi buruk tentang WC dan jamban.
Di Rumah Sakit
Akhirnya,
aku menyerah pada bokong liar ini. Aku harus boker, gimana pun caranya! Tapi,
lagi-lagi baying-bayang tangan kiriku yang di-semen-beton ini sukses bikin aku
merinding saat ngeliat jamban.
Gimana caranya cebok, nih?!
Mati aku, pantatku bisa nggak keren
lagi!
Boker gak yaa??
Ya, aku harus boker. Demi masa
depanku! Aku harus pup! Yeah, PUP! Uoh!!
Meskipun dengan tangan kanan?
Ya, daripada aku mati karena menimbun
pup terlalu lama.
Akhirnya,
dengan segala restu Tuhan, dan para suster cantik, juga para om-om cleaning service yang brewokan, aku
boker, kawan. Terharu.
Karena
terlalu sering pup gaya duduk ala bule (akibat benturan dilutut, jadi susah
jongkok), aku jadi ketagihan boker-duduk-asik. Entah sampai berapa lama lagi
aku bisa kembali pada budaya pup masyarakat Indonesia, yang pasti ngeden sambil
duduk itu enak! Meskipun benda-putih-keras itu udah lepas, aku masih setia sama
jamban duduk.
Tapi, dari
semua pengalaman diatas. Aku jadi ngefans sama yang namanya dokter spesialis
orthopedic (ahli tulang dan daleman yang lain).
Terutama sama seorang dokter yang bernama Prof. DR. Dr. I Ketut Siki, Sp. B, Sp. OT, FICS. Yang pasti namanya nggak bakal muat kalo ditulis di jidatku. Aku
kagum sama gelar “Profesor” yang dia punya. Dengan gelar itu, dia bisa punya
pasien, yang kalo dihitung jumlahnya dalam seminggu, aku rasa cukup untuk
mengisi sebuah Negara kecil di Eropa Utara. Dan, satu pasien harus siap-siap
duit minimal Rp 100.000 (seratus ribu). Itu pun cuma cukup untuk dicolek-colek,
berdehem, dan membuat resep. Aku heran, kenapa dia nggak pernah masuk nominasi
orang terkaya se-kampung.
Berawal dari
sana, aku jadi punya cita-cita untuk jadi seorang Dokter Spesialis Orthopedi.
Entah bakal terwujud atau enggak sama sekali. Who knows? Kita liat aja beberapa tahun kedepan nanti. Kecuali kalo
film 2012 itu jadi kenyataan.
Mungkin
begini tampilanku saat cita-citaku tercapai nanti:
![]() |
Lebih mirip onta pake jas |
See you! :D
3 comments:
dik,, kok km bisa nyungsep ke got?
(okay, ini pertanyaan bodoh, tp aku penasaran)
ya, gitu deh. aku naik motor, ngebut sambil perbaiki tas, eh jatuh.
hahaha...
luculucu,
like this
Post a Comment